Rabu, 04 November 2015

Berita Kepada Alam


Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang kau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Sepenggal lirik lagu ciptaan dari Ebit G ade ini memang sangat cocok untuk duka yang di pikul Negeri kita saat ini. Negeri yang telah di berkahi Tuhan dengan tanah yang subur dan keanekaragaman hayati yang indah telah di rundung malang. bencana yang telah merengut senyum saudara-saudara kita tak lantas membuat kita sadar dengan apa yang telah kita lakukan.

Negara ini telah memberikan tempat berlindung untuk kita, air yang bersih, udara yang sejuk lantas apa balasan kita? Sudah berbuat apakah kita untuk Negeri yang selama ini kita tinggali tanpa permisi? Apa yang telah kita lakukan? Lalu dengan bencana yang terjadi saat ini, apakah kita hanya bisa diam?  


Hari demi hari Negeri ini semakin kotor dengan orang-orang yang enggan di sebut kotor padahal telah berbuat kotor.  Asap kendaraan, asap rokok dimana-mana. Tak lupa sampah juga telah meraja lela hingga membuat banjir setiap tahunnya. Tapi kita tak pernah sadar kita yang telah menyebabkan penderitaan ini. Lalu apakah harus menunggu sampai anak cucu kita merasakannya? agar mereka bisa memahami bahwa kita sendiri penyebab bencana di Negeri ini.
 
Dari beberapa bulan yang lalu, saudara kita telah di renggut hak nya untuk bernafas. Tak peduli tua, muda, kaya, miskin semuanya telah terenggut haknya. Hanya saja orang-orang beruang akan memiliki cara untuk bernafas dengan alat bantu pernafasan yang mereka beli. Lalu bagaimana dengan saudara kita yang untuk makan saja susah apalagi untuk membeli alat bantu pernafasan.




Kita yang terhindar dari bencana kabut asap, memang bisa melenggang tenang, jalan-jalan dengan santai tanpa mengunakan masker setiap saat. Tapi, bagaimana nasib saudara kita yang berada didalam rumah pun harus sensara karena tidak bisa bernafas dengan bebas . Lalu apa yang telah kita perbuat untuk mereka? Mengucap sedih sajakah saat melihat berita di depan TV? Bukankah mereka butuh dengan apa yang dinamakan tindakan bukan hanya ucapan dan diam?


Dan juga alam yang telah di renggut hak nya. Puluhan hektar hutan telah habis karena si jago merah. Dan ratusan titik api yang sangat sulit di padamkan karena medan yang tidak mudah. Apakah kita masih berani menyalahkan orang lain sedangkan kita malah tidak berbuat apa-apa? Mau jadi apa bangsa ini kalau orang-orang yang berada di dalamnya hanya bisa berkoar-koar .
 


Alam yang telah memberikan kita kesejukan dan alam yang telah membuat kita bisa hidup dengan seimbang, telah kita rusak sendiri. Dan juga tentang hewan yang harusnya bisa tinggal di habitat liarnya telah kita rampas haknya. Seperti itukah sikap kita sebagai manusia yang merupakan makhluk yang sama-sama di ciptakan Tuhan? Mereka memang tidak memiliki mulut untuk berbicara, dan mereka memang tidak memiliki pikiran, nurani seperti kita. Tapi apakah kita berhak untuk berlaku tidak adil terhadap mereka?


Dan 15 atau 20 tahun yang akan datang, ketika anak cucu kita tidak bisa merasakan lagi indahnya Negeri ini dan luar biasanya alam yang kita miliki, apakah salah mereka juga? Hutan-hutan yang harusnya kita jaga bersama-sama malah kita rusak karena keserakahan kita sendiri. Bukankah Tuhan juga memberikan kita hati agar bisa mengendalikan diri kita? Lalu dimana kah hati kita saat ini berada?


Kemarin dan saat tulisan ini dibuat, lereng Gunung Semeru yang  merupakan Gunung tertinggi di pulau jawa juga ikut terbakar. Hal itu berdampak besar bagi flora dan fauna yang mendiami lereng Gunung Semeru. Hewan yang harusnya hidup bebas menjadi kalang kabut karena kebakaran yang terjadi. Parahnya membuat hewan-hewan turun dan berkeliaran di rumah warga dan mengakibatkan korban di antara mereka. Kebakaran lereng gunung juga di ikuti oleh Gunung Lawu dan Gunung Penanggungan dan mungkin Gunung-gunung lain yang belum sempat disebutkan.



Sudah 70 tahun memang Negara ini telah bebas dari tangan penjajah dan telah mengukuhkan diri menjadi Negara yang merdeka. Tapi, apakah hanya Negara nya saja yang berhak merdeka sedangkan rakyat, alam dan apapun yang mendiami Negara ini masih menanggis. Lalu kemana hak-hak yang selama ini di agung-agungkan. Apakah alam tidak berhak mendapatkan hak untuk terus memberikan keindahannya dan kekuatannya?


Sampai kapankah kita hanya berdiam diri seperti ini, tanpa adanya keinginan untuk ikut serta melestarikan alam kita ini. Apakah memang kita hanya bisa mengeksplore, mengunakan tanpa batas tapi  tanpa melestarikannya?

Karena jangan pernah Tanya mengapa, siapa dan apa penyebabnya

Hati kita sendiri yang bisa menjawab.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar