Perjalanan
ini terasa sangat menyedihkan
Sayang
kau tak duduk di sampingku kawan
Banyak
cerita yang mestinya kau saksikan
Di
tanah kering bebatuan
Sepenggal lirik lagu
ciptaan dari Ebit G ade ini memang sangat cocok untuk duka yang di pikul Negeri
kita saat ini. Negeri yang telah di berkahi Tuhan dengan tanah yang subur dan
keanekaragaman hayati yang indah telah di rundung malang. bencana yang telah
merengut senyum saudara-saudara kita tak lantas membuat kita sadar dengan apa
yang telah kita lakukan.
Negara ini telah
memberikan tempat berlindung untuk kita, air yang bersih, udara yang sejuk
lantas apa balasan kita? Sudah berbuat apakah kita untuk Negeri yang selama ini
kita tinggali tanpa permisi? Apa yang telah kita lakukan? Lalu dengan bencana
yang terjadi saat ini, apakah kita hanya bisa diam?
Hari demi hari Negeri
ini semakin kotor dengan orang-orang yang enggan di sebut kotor padahal telah
berbuat kotor. Asap kendaraan, asap
rokok dimana-mana. Tak lupa sampah juga telah meraja lela hingga membuat banjir
setiap tahunnya. Tapi kita tak pernah sadar kita yang telah menyebabkan
penderitaan ini. Lalu apakah harus menunggu sampai anak cucu kita merasakannya?
agar mereka bisa memahami bahwa kita sendiri penyebab bencana di Negeri ini.
Dari beberapa bulan
yang lalu, saudara kita telah di renggut hak nya untuk bernafas. Tak peduli
tua, muda, kaya, miskin semuanya telah terenggut haknya. Hanya saja orang-orang
beruang akan memiliki cara untuk bernafas dengan alat bantu pernafasan yang
mereka beli. Lalu bagaimana dengan saudara kita yang untuk makan saja susah
apalagi untuk membeli alat bantu pernafasan.
Kita yang terhindar
dari bencana kabut asap, memang bisa melenggang tenang, jalan-jalan dengan
santai tanpa mengunakan masker setiap saat. Tapi, bagaimana nasib saudara kita
yang berada didalam rumah pun harus sensara karena tidak bisa bernafas dengan
bebas . Lalu apa yang telah kita perbuat untuk mereka? Mengucap sedih sajakah
saat melihat berita di depan TV? Bukankah mereka butuh dengan apa yang
dinamakan tindakan bukan hanya ucapan dan diam?
Dan juga alam yang
telah di renggut hak nya. Puluhan hektar hutan telah habis karena si jago
merah. Dan ratusan titik api yang sangat sulit di padamkan karena medan yang
tidak mudah. Apakah kita masih berani menyalahkan orang lain sedangkan kita
malah tidak berbuat apa-apa? Mau jadi apa bangsa ini kalau orang-orang yang
berada di dalamnya hanya bisa berkoar-koar .
Alam yang telah
memberikan kita kesejukan dan alam yang telah membuat kita bisa hidup dengan
seimbang, telah kita rusak sendiri. Dan juga tentang hewan yang harusnya bisa
tinggal di habitat liarnya telah kita rampas haknya. Seperti itukah sikap kita
sebagai manusia yang merupakan makhluk yang sama-sama di ciptakan Tuhan? Mereka
memang tidak memiliki mulut untuk berbicara, dan mereka memang tidak memiliki
pikiran, nurani seperti kita. Tapi apakah kita berhak untuk berlaku tidak adil
terhadap mereka?
Dan 15 atau 20 tahun
yang akan datang, ketika anak cucu kita tidak bisa merasakan lagi indahnya Negeri
ini dan luar biasanya alam yang kita miliki, apakah salah mereka juga?
Hutan-hutan yang harusnya kita jaga bersama-sama malah kita rusak karena
keserakahan kita sendiri. Bukankah Tuhan juga memberikan kita hati agar bisa
mengendalikan diri kita? Lalu dimana kah hati kita saat ini berada?
Kemarin dan saat
tulisan ini dibuat, lereng Gunung Semeru yang merupakan Gunung tertinggi di pulau jawa juga
ikut terbakar. Hal itu berdampak besar bagi flora dan fauna yang mendiami
lereng Gunung Semeru. Hewan yang harusnya hidup bebas menjadi kalang kabut
karena kebakaran yang terjadi. Parahnya membuat hewan-hewan turun dan
berkeliaran di rumah warga dan mengakibatkan korban di antara mereka. Kebakaran
lereng gunung juga di ikuti oleh Gunung Lawu dan Gunung Penanggungan dan
mungkin Gunung-gunung lain yang belum sempat disebutkan.
Sudah 70 tahun memang
Negara ini telah bebas dari tangan penjajah dan telah mengukuhkan diri menjadi
Negara yang merdeka. Tapi, apakah hanya Negara nya saja yang berhak merdeka
sedangkan rakyat, alam dan apapun yang mendiami Negara ini masih menanggis.
Lalu kemana hak-hak yang selama ini di agung-agungkan. Apakah alam tidak berhak
mendapatkan hak untuk terus memberikan keindahannya dan kekuatannya?
Sampai kapankah kita
hanya berdiam diri seperti ini, tanpa adanya keinginan untuk ikut serta melestarikan
alam kita ini. Apakah memang kita hanya bisa mengeksplore, mengunakan tanpa
batas tapi tanpa melestarikannya?
Karena jangan pernah
Tanya mengapa, siapa dan apa penyebabnya
Hati kita sendiri yang
bisa menjawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar