Selasa, 02 Februari 2016

Candi Brahu Bukan Peninggalan Kerajaan Majapahit


Candi Brahu terletak di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi yang biasanya dijadikan refernsi liburan ini dalam sebulan  presentase pengunjungnya bisa menembus  5000 sampai 6000 orang. Banyak yang beranggapan bahwa Candi Brahu merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Padahal kenyataanya tidak demikian. Candi ini dibangun pada masa Kerajaan Medang Kamulan, abad ke 10 yang dirajai oleh Empu Sindok. Sedangkan Kerajaan Majapahit berdiri awal abad ke 13. Sehingga Jika dikalkulasi Candi ini bukan peninggalan Kerajaan Majapahit.



’’Karena letaknya dekat area Majapahit jadi banyak orang yang menganggap seperti itu, ’’ Ungkap Raden Said Joyo Negoro, Juru Pelestarian dari Badan Pelestarian Cagar Budaya Kecamatan Trowulan.


Ia menambahkan bahwa untuk candi yang berada dari jalan raya Mojokerto – Jombang ke Selatan adalah peninggalan Kerajaan Majapahit. Sedangkan dari jalan raya ke arah utara merupakan peninggalan dari Kerajaan Medang Kamulan yang wilayahnya sampai Kediri. 

Kepingin ketemu fotografer klik disini


Candi Brahu berasal dari kata Warahu atau Wanaru yang berarti bangunan suci. Hal tersebut tertulis pada Prasasti Alasantan ( tahun 981 ) yang sudah di amankan di Museum Trowulan. Prasasti Alasantan sendiri ditemukan tidak jauh dari lokasi Candi Brahu.


Fungsi dari Candi Brahu adalah sebagai tempat pemujaan masyarakat yang beragama Budha. Meskipun begitu masih ada masyarakat hindu khususnya dari Bali yang berkunjung ke Candi Brahu  untuk  melakukan sembayang. Karena mereka masih mempercayai bahwa dulu Candi Brahu adalah tempat abu para raja.


Menurut sumber, belum ada penelitian mengenai Candi Brahu yang dianggap sebagai tempat penyimpanan abu dari para raja Majapahit. Sehingga paradigma masyarakat yang mengatakan bahwa Candi Brahu adalah tempat penyimpanan abu adalah tidak sepenuhnya benar. ’’Sampai saat ini tidak ada peneliti yang menemukan bukti otentik dan arkeologis yang mendukung. Jadi fungsinya untuk tempat pemujaan masyarakat Budha. Dulu pernah pada tahun 2009 candi ini pernah digunakan sebagai pusat perayaan Waisak bagi masyarakat Budha di Trowulan,’’ tambah Raden Said Joyo Negoro

 
Editor  : Aruna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar